TM SBM
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
A.
Pengertian
Strategi Belajar Mengajar
Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos
berati jendral atau berarti pula perwira negara (states officer). Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, strategi berarti “rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya H. Mansyur
menjelaskan bahwa strategi dapat diartikan “sebagai garis-garis besar haluan
bertindak dalam rangka mencapai sasran yang telah ditentukan.
Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam
berbagi situasi, termasuk situasi pendidikan.Impelementasi konsep strategidalam
situasi dan kondisi belajar mengajar ini, melahirkan pengertian sebagai berikut
:
1. Strategi
merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan
sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan
yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
2. Strategi
dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang dipersiapkan secara
seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
Strategi belajar mengajar
adalah siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta dengan
komponen-komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.
Strategi belajar merupakan
suatu kegiatan yang memelihara konsistensi dan kekompakan setiap komponen
pengajaran yang tidak hnya berjadi pada tahap perencanaan saja, tetapi juga
terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan
evaluasi.Strategi belajar mengajar pada dasarnya mencakup empat hal utama,
yaitu :
a. Penetapan
Tujuan Pengajaran Khusus (TPK)
Yaitu gambaran dari perubahan tingkah laju dan kepribadian peserta
didik yang diharapkan.
b. Pemilihan
sistem pendekatan belajar mengajar ang dianggap paling efektif untuk mencapai
tujuan
c. Pemilihan
dan penetapan prosedur, metode, tekhnik belajar mengajar yang tepat dan dapat
dijadikan pengangan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran
d. Penetapan
kriteria keberhasilan proses belajar mengajar sebagai pegangan dalam mengadakan
evaluasi belajar mengajar.
2.
Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Menurut Tabrani Rosyan dkk,
terdiri berbagai masalah sehubungan dengan Strategi Belajar Mengajar yang
secara keseluruhan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Konsep
Dasar Strategi Belajar Mengajar
Menurut Newman and Logan, strategi dasar dari Strategi Belajar
Mengajar meliputi :
a. Mengidentifikasi
dan menetapkan spesifikasi dan kwalifikasi tingkah laku dan kepribadian peserta
didik yang harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan belajar mengajar itu
berdasarkan aspirasi atau pandangan hidup masyarakat.
b. Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar yang dipandang efektif guna mencapai sasaran
atau tujuan yang telah digariskan. Pendekatan belajar mengajar yang digunakan
akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
c. Memilih
dan menetapkan prosedur, metode, tehnik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan tugas mengajarnya
d. Menetapkan
norma-norma dan batas-batas minimal keberhasilan atau kritria standar
keberhasilan, sehingga dapat dijadikan guru dalam melaksanakan evaluasi hasil
belajar.
Keempat dasar inilah yang menjadi hal penting yang harus dilakukan
dalam Stratei Belajar Mengajar.
2. Sasaran
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Setiap KBM mempunyai
sasran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat
operasional dan kongkrit yakni dari Tujuan Pembelajran Khusus dan Tujuan
pembelajaran Umum-Tujuan Kurikuler-Tujuan Nasional sampai pada tujuan yang
bersifat umum.
3. Belajar
Mengajar sebagai suatu sistem
Belajar mengajar selaku
instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang
saling bergantung untuk satu sama lain untuk mencapai tujuan.Selaku suatu
sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen, yaitu tujuan, bahan,
kegiatan BM, metode, alat-alat,sumber, evaluasi. Agar tujuan itu tercapai
semua, komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga sesama komponen itu
terjadi kerjasama. Karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen
tertentu saja, misalnya metode saja, tetapi guru harus mempertimbangkan
komponen secara keseluruhan.
Penjelasan dari setiap komponen
adalah sebagai berikut :
a. Tujuan,
yaitu suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan murid-murid yang kita
harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan
b. Bahan
pelajaran
Yaitu substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar tak akan berjalan.Ada dua
persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran yaitu :
- Penguasaan
bahan pelajaran pokok : bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang
dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya.
- Penguasaan
bahan pelajaran pelengkap/penunjang : bahan pelajaran yang dapat membuka
wawasan seseorang guru dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan
pelajaran pokok
c. Kegiatan
Belajar Mengajar
Yaitu inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah
diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam KBM, guru
sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu aspek biologis,
intelektual dan psikologis. Kerangka berfikir demikian diharapkan agar guru
mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
d. Metode
Yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam KBM, metode diperlukan oleh guru dan penggunanya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
e. Alat
Yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Sebagi segala sesuatu yang dapat digunakan , alat mempunyai
dua fungsi yaitu : alat sebagai perlengkapan dan alat sebagai tujuan.
f. Sumber
pelajaran
Yaitu suatu bahan atau sumber belajar, yakni : segala sesuatu yang
dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau berasal
untuk belajar seseorang.
g. Evaluasi
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu
dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan.
4. Hakekat
Proses Belajar
Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan.
Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku baik yang
menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi.
5. Entering
Behavior Siswa (perubahan tingkah laku siswa)
Hasil KBM tercermin dalam
perubahan tingkah laku, baik secara substansial-material, struktural-fungsional
maupun secara behavioral. Ada tiga dimensi dari Entering Behavior yang perlu
diketahui guru :
a. Batas-batas
ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai siswa
b. Tingkat
tahapan materi pengetahuan terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan
yang dimiliki siswa
c. Kesiapan
dan kematangan fungsi-fungsi psycofisik.
Sebelum merencanakan dan
melaksanakan KBM, guru harus sudah dapat menjawab :
a. Sejauh
mana batas-batas materi pengetahuan yang telah diketahui dan dikuasai siswa
yang akan diajari.
b. Tingkat
dan tahap sejenis kemampuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa
bersangkutan.
c. Apakah
siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku
yang akan diajarkan.
d. Berapa
jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki sebelum belajar dimulai.
6. Pola-pola
Belajar Siswa
GAGNE mengkategorikan pola-pola belajar siswa kedalam 8
tipe, yaitu :
a. Tipe
I : Signal Learning (belajar signal/tandai isyarat)
Yaitu proses penguasaan pola-pola dasar perlaku yang bersifat
involuntary (tidak disengaja dan disadari tujuannya). Dalam pola perilaku ini
terlibat reaksi emosional didalamnya. Kondisi yang diperlukan bagi
berlangsungnya tipe ini ialah diberikannya stimulus (signal) secara serempak
perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali.
b. Tipe
II : Stimulus – Respons Learning (belajar stimulus respon)
Tipe belajar ini termasuk kedalam instrumel conditioning atau
belajar dengan trial dan error
c. Tipe
III : Chaining (mempertautkan)
Yakni belajar membuat suatu seri gerakan-gerakan motorik, sehingga
akhirnya terbentuk suatu rangkaian gerakan dalam urutan tertentu.
d. Tipe
IV : Verbal Association
Belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa
benda, orang dan kejadian,dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang
tepat.
e. Tipe
V : Discrimination Learning (belajar membedakan secara berganda)
Yakni belajar menggunakan berbagai rangkaian pengalaman secara
meluas. Dalam tahapan belajar ini peserta didik mengadakan diskriminasi
(seleksi/pengujian) diantara 2 perangsang atau jumlah yang diterimanya,
kemudian memilih pula pola-pola sambutan yang dianggap paling sesuai.
f. Tipe
VI : Concept Learning/belajar konsep/belajar pengertian.
Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman,
dan sering dikenal dengan nama “Concept Formation”. Peserta didik tipe ini
belajr mengidentifikasi persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah pola,
selanjutnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri. Dari sekumpulan stimulus dan juga
obyek-obyeknya, ia membentuk suatu pengertian.
g. Tipe
VII : Rule Learning (belajar Kaidah)
Yaitu belajar dengan menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau
konsep terdahulu untuk sampai pada suatu prinsip yang mungkin berlaku untuk
beberapa hal atau peristiwa atas dasar suatu ketentuan atau anggapan. Hasil
belajar ini adalah siswa menghubungkan beberapa konsep menjadi
kaidah/prinsip/hukum.
h. Tipe
VIII : Problem solving (belajar memecahkan masalah)
Yaitu belajar memecahkan masalah berdasarkan beberapa prinsip atau
gejala atau peristiwa yang lalu dengan beberapa kemungkinan.
7. Memilih
Sistem Pendekatan Belajar Mengajar
a. Enquery
Discovery Learning
Yaitu belajar mencari dan menemukan sendiri. Belajar mengajar ini
guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi
peserta didik diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
mempergunakan tehnik pendekatan masalah.
b. Expository
Learning
Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah
dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap. Sehingga anak didik tinggal
menyimak dan mencerna saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar
prosedur ini adalah sebagai berikut :
1. Preparasi
: guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi (sebelum masuk
kelas)
2. Apersepsi
: guru bertanya atau memberikan uraian singkatu untuk mengarahkan perhatian
anak didik kepada materi yang akan diajarkan
3. Presentasi
: guru menyajikan bahan dengan jalan berceramah atau menyuruh siswa membaca
bahan yang telah disiapkan.
4. Resitasi
: guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari,
atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-katanya sendiri tentang
pokok masalah yang telah dipelajari (secara lisan/tulisan)
c. Mastery
Learning (belajar tuntas)
Adalah pendekatan belajar dengan menitik beratkan pada pengulasan
matri/bahan pelajaran secara tuntas pada diri siswa. Jika guru menghendaki anak
didik dapat mencapai taraf penguasaan bahan pengajaran secara tuntas, misalnya
75%, maka bahan pelajaran harus disusun secara sempurna, begitu juga instrumen
evaluasi atau pengukuran hasil belajarnya harus sudah dipersiapkan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam Mastery Learning adalah :
1. Menentukan
unit belajar. Suatu pelajaran dipecah kedalam unit-unit kecil yang akan
diajarkan untuk setiap satu/dua minggu.
2. Merumuskan
tujuan pelajaran. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus yang menggunakan
istilah yang dapat diukur.
3. Menentukan
standart Mastery (penguasaan penuh). Ditentukan tingkatan perolehan yang
dijadikan patokan tingkat penguasaan penuh dengan prosentase.
4. Menyusun
diagnostik Progrest Test, Test formatif : soal-soal test disusun dengan maksud
untuk umpan balik guna mengetahui dimana kelemahan siswa mengikuti pelajaran.
5. Mempersiapkan
seperangkat tugas untuk dipelajari
6. Mempersiapkan
seperangkat pengajaran korektif. Berdasarkan hasil test yang dilakukan, guru
dapat mengetahui siswa yang dianggap mempunyai kelemahan dan dimana letak kelemahannya.
7. Pelaksanaan
pengajaran biasa : Pengajarandilakukan secara biasa, setiap akhir satu unit
pelajaran dilakukan test formatif.
8. Evaluasi
sumatif, dilakukan bila seluruh unit pelajaran telah selesai pada akhir program
pelajaran.
d. Humanistic
Education Approach
Teori ini menitik beratkan
upaya membantu siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya (self
realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Ciri
pendekatan ini antara lain bahwa guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu
tajam dengan siswanya. Guru harus menempatkan diri berdampingan dengan siswa
dan bertindak sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau
konsultan dan berbicara.
3.
Implementasi Belajar Mengajar
Proses belajar Mengajar (PBM)
adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan ini
diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan.
Kwalitas dan kwantitas belajar
murid didalam PBM bergantung pada banyak faktor, antara lain murid-murid
didalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengkapan belajar, kondisi umum, dan
suasana didalam PBM. Adapun faktor lainnya yang dapat mendukung tercapainya
belajar yang baik di dalam kelas adalah adanya Job description PBM, yang memuat
serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
siswa. Kegiatan belajar ini akan berjalan dalam proses yang terarah dan
mencapai tujuannya.
Tahap-tahap pengelolaan kelas
yang lazim dipakai pada masa kini meliputi :
1. Perencanaan
(meliputi penciptaan, penyusunan program, dan perumusan kegiatan)
2. Pengorganisasian
( meliputi pemanfaatan sumber dan bagian tugas )
3. Pengarahan
(meliputi motivasi, supervisi, dan koordinasi)
4. Pengawasan
(meliputi penganggaran, pelaporan dan evaluasi)
Dalam KBM, terdapat dua hal
yang ikut menentukan keberhasilannya, yakni pengaturan PBM, dan pengajaran itu
sendiri.Keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan
mengatur PBM yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar
sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
Untuk menciptakan suasana yang
dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa,
memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik. Tujuan pengajaran
merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam pengajaran. Makin jelas rumusan
tujuan makin mudah menyusun rencana dan mengimplementasikan KBM dengan
bimbingan guru.
Komentar
Posting Komentar